Daftar Blog Saya

Sabtu, 05 Mei 2012

makalah anemia


BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG

            Anemia adalah kumpulan gejala yang ditandai dengan kulit dan membran mucosa pucat, dan pada test laboratorium didapatkan Hitung Hemoglobin(Hb), Hematokrit(Hm), dan eritrosit kurang dari normal. Rendahnya kadar hemoglobin itu mempengaruhi kemampuan darah menghantarkan oksigen yang dibutuhkan untuk metabolisme tubuh yang optimal.
Anemia adalah penurunan kuantitas atau kualitas sel-sel darah merah dalam sirkulasi, yang dapat disebabkan oleh gangguan pembentukan sel darah merah, peningkatan kehilangan sel darah merah melalui perdarahan kronik atau mendadak, atau lisis (destruksi) sel darah merah yang berlebihan (Elizabeth Corwin,2002).
Dimana insidennya 30 % pada setiap individu di seluruh dunia. Prevalensi terutama tinggi di negara berkembang karena faktor defisiensi diet dan atau kehilangan darah akibat infeksi parasit gastrointestinal.
            Umumnya anemia asemtomatid pada kadar hemoglobin diatas 10 gr/dl, tetapi sudah dapat menyebabkan gangguan penampilan fisik dan mental. Bahaya Anemia yang sangat parah bisa mengakibatkan kerusakan jantung, otak dan organ tubuh lain, bahkan dapat menyebabkan kematian.
 Sel darah merah mengandung hemoglobin yang memungkinkan mereka mengangkut oksigen dari paru-paru, dan mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh.  Anemia menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin dalam sel darah merah, sehingga darah tidak dapat mengangkut oksigen dalam jumlah sesuai yang diperlukan tubuh .
Anemia bukan suatu penyakit tertentu, tetapi cerminan perubahan patofisiologik yang mendasar yang diuraikan melalui anamnesis yang seksama, pemeriksaan fisik, dan konfirmasi laboratorium (Baldy, 2006).
 Anemia merupakan masalah medik yang paling sering dijumpai di klinik di seluruh dunia, disamping berbagai masalah kesehatan utama masyarakat, terutama di negara berkembang, yang mempunyai dampak besar terhadap kesejahteraan sosial dan ekonomi, serta kesehatan fisik (Bakta, 2006).
            Masyarakat Indonesia masih belum sepenuhnya menyadari pentingnya zat gizi, karena itu prevalensi anemia di Indonesia sekarang ini masih cukup tinggi, terutama anemia defisiensi nutrisi seperti besi, asam folat, atau vitamin B12. Setelah menentukan diagnosis terjadinya anemia, maka selanjutnya perlu disimpulkan tipe anemia itu sendiri. Penatalaksanaan anemia yang tepat sesuai dengan etiologi dan klasifikasinya dapat mempercepat pemulihan kondisi pasien.












BAB II
PEMBAHASAN
A.    PENGERTIAN ANEMIA
            Anemia (dalam bahasa Yunani: Tanpa darah) adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada di bawah normal. Anemia adalah berkurangnya hingga dibawah nilai normal eritrosit, kuantitas hemoglobin, dan volume packed red blood cell (hematokrit) per 100 ml darah.
            Anemia Gizi adalah kekurangan kadar haemoglobin (Hb) dalam darah yang disebabkan karena kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk pembentukan Hb.Anemia terjadi karena kadar hemoglobin (Hb) dalam darah merah sangat kurang. Di Indonesia sebagian besar anemia ini disebabkan karena kekurangan zat besi (Fe) hingga disebut Anemia Kekurangan Zat Besi atau Anemia Gizi Besi.


B.     PENYEBAB ANEMIA
      Penyebab Umum dari Anemia:
v Kehilangan darah atau Perdarahan hebat seperti :                                           Perdarahan  Akut (mendadak),  Kecelakaan, Pembedahan, Persalinan, Pecah pembuluh darah,perdarahan Kronik (menahun), Perdarahan menstruasi yang sangat banyak, serta hemofilia.
v Berkurangnya pembentukan sel darah merah  seperti:                         Defesiensi zat besi,defesiensi vitamin B12, defesiensi asam folat,dan Penyakit kronik.  
v Gangguan produksi sel darah merah seperti:                                         ketidaksanggupan sumsum tulang belakang membentuk sel- sel darah.
C.    KLASIFIKASI ANEMIA
        Ada 2 penggolongan Anemia yaitu:
1.   Berdasarkan Morfologinya:
1. Anemia Mikrositik Hipokrom
a. Anemia Defisiensi Zat besi
Adalah Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya persediaan besi untk eritropoiesis, karena cadangan besi kosong (depleted iron store) sehngga pembentukan hemoglobin berkurang.
b.    Anemia Penyakit Kronik
Adalah anemia pada penyakit ini merupakan jenis anemia terbanyak kedua setelah anemia defisiensi yang dapat ditemukan pada orang dewasa di Amerika Serikat.
2. Anemia Makrositik
a.   Defisiensi vitamin B12
Adalah Anemia yang diakibatkan oleh karena kekurangan vitamin B12 dikenal dengan nama anemia pernisiosa.
b.   Defisiensi Asam folat
Adalah  bahan esensial untuk sintesis DNA dan RNA. Jumlah asam folat dalam tubuh berkisar 6-10 mg, dengan kebutuhan perhari 50mg. Asam folat dapat diperoleh dari hati, ginjal, sayur hijau, ragi. Asam folat sendiri diserap dalam duodenum dan yeyenum bagian atas, terikat pada protein plasma secara lemah dan disimpan didalam hati. Tanpa adanya asupan folat, persediaan folat biasanya akan habis kira-kira dalam waktu 4 bulan.
Berikut metabolisme asam folat :
untitled1
3. Normositik Normokron
a.   Anemia karena perdarahan
Adalah Perdarahan yang banyak saat trauma baik di dalam maupun di luar tubuh akan menyebabkan anemia dalam waktu yang relatif singkat. Perdarahan dalam jumlah banyak biasanya terjadi pada maag khronis yang menyebabkan perlukaan pada dinding lambung. Serta pada wanita yang sedang mengalami menstruasi dan post partus.


2.   Berdasarkan beratnya :
a.      Anemia aplastik
Adalah anemia yang disebabkan oleh ketidaksanggupan sum sum tulang belakang membentuk sel darah merah.
b.      Anemia Hemolitik
Adalah anemia yang disebabkan oleh proses hemolisis, yaitu pemecahan eritrosit dalam pembuluh darah sebelum waktunya.
D.     TANDA DAN AKIBAT ANEMIA
ü Tanda – tanda dari penyakit anemia yakni:
a. Lesu, lemah , letih, lelah, lalai (5L).
b. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang, dan konjungtiva pucat.
c. Gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan  menjadi pucat.
d. Nyeri tulang, pada kasus yang lebih parah, anemia menyebabkan tachikardi, dan pingsan.

ü Akibat dari penyakit anemia yakni:
a. Anak-anak :
- Menurunkan kemampuan dan konsentrasi belajar.
- Menghambat pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan otak.
- Meningkatkan risiko menderita penyakit infeksi karena system imun menurun
b. Wanita :
- Anemia akan menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah sakit.
- Menurunkan produktivitas kerja.
- Menurunkan kebugaran.
c. Remaja putri :
- Menurunkan kemampuan dan konsentrasi belajar.
- Mengganggu pertumbuhan sehingga tinggi badan tidak mencapai optimal.
- Menurunkan kemampuan fisik olahragawati.
- Mengakibatkan muka pucat.
d. Ibu hamil :
- Menimbulkan perdarahan sebelum atau saat persalinan.
- Meningkatkan risiko melahirkan Bayi dengan Berat Lahir Rendah atau  BBLR (<2,5 kg).
- Pada anemia berat, bahkan dapat menyebabkan kematian ibu dan/atau bayinya.
E.     KRITERIA ANEMIA

            Untuk memenuhi definisi anemia, maka perlu ditetapkan batas hemoglobin atau hematokrit yang dianggap sudah terjadi anemia. Batas tersebut sangat dipengaruhi oleh usia,jenis kelamin,dan ketinggian tempat tinggal dari permukaan laut.
           Batasan yang umum dipengaruhi adalah kriteria WHO pada tahun 1968.Dinyatakan sebagai anemia bila tedapat nilai dengan criteria sebagai berikut:
No
Jenis kelamin/ usia
Kadar hemoglobin


1
laki-laki
Hb <13gr/dl

2
perempuan dewasa tidak hamil
  Hb <12gr/dl

3
Perempuan
    Hb <11gr/dl

4
Anak usia  6-14 tahun
     Hb <12gr/dl

5
Anak usia 6 bulan-6 tahun
      Hb <11gr/dl

       Untuk kriteria anemia di klinik, rumah sakit,atau praktik klinik pada umumnya dinyatakan anemia bila terdapat nilai sebagai berikut.
                  1. Hb <10gr/dl
                  2. Hematokrit <30%
                  3. Eritrosit <2,8juta
F.      KASUS ANEMIA
Dari berbagai banyak klasifikasi atau golongan dari anemia maka sesuai dengan bahan ini, saya mengangkut kasus mengenai anemia defisiensi besi(Fe).
An. Samson, seorang anak laki-laki berusia 5 tahun dibawa ke dokter dengan keluhan pucat. Menurut anamnesis dari ibu, anaknya terlihat pucat sejak 2 bulan yang lalu. Keluhan lain yang menyertai adalah demam yang tidak terlalu tinggi, perut mual, dan susah makan. Sejak kecil Samson memang tidak suka makan daging. Kata guru TK-nya, saat mengikuti pelajaran Samson sering tertidur di kelas. Pada pemeriksaan fisik didapatkan konjungtiva pucat, bising jantung, tidak didapatkan hepatomegali ataupun splenomegali. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 8,0 g/dL. Dokter memberikan tablet tambah darah untuk Samson.
            Pasien dalam kasus menderita anemia akibat defisiensi besi, padahal tingkat kebutuhan besi (Fe) meningkat dalam masa pertumbuhan. Akibat kurangnya asupan zat gizi berupa besi yang penting dalam proses hemopoiesis ini menimbulkan konsekuensi berbagai gejala klinis yang dialami oleh pasien tersebut. Dalam laporan ini, penulis membahas perbandingan berbagai jenis anemia, namun lebih fokus difokuskan kepada anemia defisiensi besi.
a.       Defisiensi Zat Besi
Adalah  anemia yang disebabkan oleh kurangnya persediaan besi untk eritropoiesis, karena cadangan besi kosong (depleted iron store) sehngga pembentukan hemoglobin berkurang.
b.      Etiologi
Anemia defisiensi besi secara umum dapat disebabkan oleh kekurangan asupan besi, gangguan penyerapan besi, serta kehilangan besi akibat penyakit tertentu.

 Penyebab spesifik yang terkait dengan 3 proses diatas adalah:
  • Perdarahan menahun misalnya tukak peptic, menoragi, hematuria, hemoptisis, infeksi cacing tambang
  • Kurangnya jumlah besi dalam makanan
  • Peningkatan kebutuhan besi yang tidak sesuai   dengan asupan
  • Gangguan absorbsi besi
c.       Gejala Klinis
·         Keadaan lemah, lesu, mual, dan muntah.
·         Muka pucat, demam, dan aneroksia.
·         Mata berkunang – kunang, serta telinga mendenging.
·         Gejala khas yang dijumpai pada defisiensi besi dan tidak dijumpai pada anemia lain yaitu:
1.      Koilorikia : kuku menjadi rapuh, bergaris-garis vertical, dan cekung sehingga menjadi sendok.
2.      Atrofi papilla lidah : permukaan lidah menjadi licin dan mengilap karena papil lidah menghilang.
3.      Stomatitis angularis : adanya peradangan pada sudut mulut, sehingga tampak pada bercak berwarna pucat keputihan.

            Pada kasus diatas, pasien mengalami anemia, namun hasil pemeriksaan lebih lanjut belum didapatkan, sehingga tipe anemia yang lebih spesifik belum diketahui.
             Namun berdasarkan pemeriksaan hemoglobin, Hb 8 gr/dL menunjukkan bahwa pasien memang mengalami anemia, karena pada anak-anak, Hb dibawah 11 g/dL dikategorikan sebagai anemia. Untuk menentukan jenis anemia yang spesifik agar penatalaksanaannya berjalan efektif perlu dilakukan serangkaian tes lain,seperti tes laboratorium.

           
Hemoglobinisasi yang tidak adekuat menyebabkan central pallor di tengah eritrosit berwarna pucat berlebihan yang lebih dari sepertiga diameternya, sehingga menimbulkan keadaan pucat pada pasien. Sementara itu, besi dibutuhkan oleh enzim untuk sintesis DNA dan enzim mieloperoksidase netrofil sehingga menurunkan imunitas seluler. Akan tetapi, defisiensi besi juga menyebabkan berkurangnya penyediaan besi pada bakteri sehingga menghambat pertumbuhan bakteri yang berakibat pada ketahanan terhadap infeksi. Maka dari itu, timbul demam yang tidak terlalu tinggi.
Defisiensi besi dapat menyebabkan gangguan enzim aldehid oksidase sehingga terjadi penumpukan serotonin yang merupakan pengontrol nafsu makan.
            Hal ini mengakibatkan reseptor 5 HT meningkat, di usus halus menyebabkan mual dan muntah. Selain itu, defisiensi besi juga dapat menyebabkan gangguan enzim monoamino oksidase sehingga terjadi penumpukan katekolamin dalam otak.  Hal inilah yang menjadi sebab terjadinya keadaan mual dan sulit makan.
           
             Selanjutnya, pasien sering tidur di kelas karena oksigen yang tersedia dalam darah tidak cukup untuk menyuplai kebutuhan sel-sel otak, sehingga pasien mengantuk dan sering tertidur. Sedangkan bising jantung disebabkan akibat kerja jantung yang lebih kuat karena adanya gangguan oksigenasi jaringan.
            Mekanisme peningkatkan kecepatan aliran darah inilah yang menimbulkan bising jantung. Hepatomegali terjadi pada anemia hemolitik, akibat dari kerja hati yang lebih keras dalam merombak eritrosit karena hemolisis yang tidak wajar. Sedangkan splenomegali juga terjadi pada anemia hemolitik, dimana eritrosit yang rapuh melewati kapiler yang sempit dalam limpa, sehingga pecah dan menyumbat kapiler limpa sehingga terjadi pembesaran limpa. Tidak adanya hepatomegali dan splenomegali menunjukkan bahwa pasien dalam kasus tidak mengalami anemia jenis hemolitik.

           
Seperti yang telah dikemukakan dalam kasus, pasien tidak suka makan daging. Padahal, daging merupakan sumber zat besi sebagai pembentuk heme yang absorpsinya tidak dihambat oleh bahan penghambat sehingga mempunyai bioavailabilitas tinggi. Selain besi, daging juga mengandung zat gizi lain, misalnya asam folat.
            Protein daging lebih mudah diserap karena heme dalam hemoglobin dan mioglobin tidak berubah sebagai hemin (bentuk feri dari heme). Kompleksnya nutrisi yang terkandung dalam daging inilah yang menyebabkan pasien mengalami anemia, walaupun yang paling dominan adalah akibat dari defisiensi besi.
            Tablet tambah darah yang diberikan berisi besi dan asam folat, jadi sesuai terapi anemia defisiensi besi yang dianjurkan. Selain itu, apabila pasien karena hal-hal tertentu tidak dapat menggunakan terapi besi oral, maka terapi dapat diganti dengan terapi besi parenteral. Terapi penunjang seperti diet juga diperlukan untuk menunjang keberhasilan terapi.
            Sehubungan dengan kasus tersebut maka tata laksana atau pengobatan yang kita lakukan khusus anemia defisiensi zat gizi yaitu:
Tatalaksana dari anemia defisiensi besi meliputi tatalaksana kausa penyebab anemia dan pemberian preparat pengganti besi (Iron replacement therapy)
ü  Tatalaksana kausa
Merupakan terapi terhadap kondisi yang menyebabkan anemia misalnya memberikan obat cacing pada pasien dengan infeksi cacing atau pembedahan pada pasien hemmoroid.
ü  Iron replacement therapy
Tujuan dari terapi ini adalah mengkoreksi nilai hemoglobin dan juga mengisi cadangan besi tubuh secara permanen. Besi yang diberikan dapat melalui pemerian oral atau pemberian parenteral.
ü  Suplemen besi oral
Suplemen besi oral merupakan salah satu pilihan yang baik untuk mengganti defisiensi besi karena harganya yang relatif murah dan mudah didapat. Terdapar berbagai sediaan preparat besi oral seperti ferrous sulfas, ferrous fumarat, ferrous lactate, dan lainnya namun demikian ferrous sulfat merupakan pilihan utama karena murah dan cukup efektif.
Suplemen besi oral ini diberikan dengan dosis 300 mg/hari yang dapat dibagikan menjadi beberapa kali makan. Dengan dosis suplementasi tersebut diharapkan terserap 50 mg/hari karena besi memang diserap dalam jumlah yang tidak banyak oleh sistem pencernaan manusia. Besi yang diserap akan digunakan langsung untuk eritropoiesis, hasilnya di hari ke 4-7 biasanya eritropoesis telah jauh meningkat dan memuncak pada hari 8-12 setelah terapi dimulai.
 Setelah terjadi penyerapan besi dalam jumlah besar di awal terapi tubuh akan merespon dengan penurunan eritropoetin sehingga penyerapan di besi di usus dikurangi, akibatnya kadar penyerapan tidak lagi sebesar sebelumnya. Tujuan yang juga akan dicapai dari terapi ini adalah mengisi cadangan besi tubuh sebanyak 0,5-1 g besi karena itu suplementasi ini diberikan selama 6-12 bulan untuk mengatasi asorbsi usus yang telah menurun.
Edukasi kepada pasien tentang suplementasi besi merupakan salah satu kewajiban dokter. Pasien diberikan informasi bahwa sebaiknya suplemen tersebut dikonsumsi sebelum pasien makan karena akan meningkatkan absorbsinya.
 Efek samping obat ini yaitu gangguan gastrointestinal juga perlu diberitahukan kepada pasien. Penyebab kegagalan terapi besi oral antara lain gangguan absorbsi dan kepatuhan minum obat pasien yang rendah. Jika defisiensi besi masih belum juga tertangani dengan langkah-langkah tersebut dipikirkan untuk memberikan terapi besi parenteral.

ü  Terapi besi parenteral
Alur terapi ini sangat efektif karena tidak melalui sistem pencernaan dan menghadapi masalah absorbsi, namun demikian risikonya lebih besar dan harganya lebih mahal oleh karena itu hanya diindikasikan untuk kondisi tertentu saja misalnya kepatuhan pasien yang sangat rendah. Preparat yang tersedia untuk terapi ini misalnya Iron dextran complex (50 mg/mL).  Pemberian terapi parenteral adalah melalui IV atau IM. 
PENCEGAHAN ANEMIA
               Banyak jenis anemia tidak dapat dicegah. Namun, Anda dapat membantu menghindari anemia kekurangan zat besi dan anemia kekurangan vitamin dengan makan yang sehat, variasi makanan, termasuk:
  1. Besi. Sumber terbaik zat besi adalah daging sapi dan daging lainnya. Makanan lain yang kaya zat besi, termasuk kacang-kacangan, lentil, sereal kaya zat besi, sayuran berdaun hijau tua, buah kering, selai kacang dan kacang-kacangan.
  2. Folat. Gizi ini, dan bentuk sintetik, asam folat, dapat ditemukan di jus jeruk dan buah-buahan, pisang, sayuran berdaun hijau tua, kacang polong dan dibentengi roti, sereal dan pasta.
  3. Vitamin B-12. Vitamin ini banyak dalam daging dan produk susu.
  4. Vitamin C. Makanan yang mengandung vitamin C, seperti jeruk, melon dan beri, membantu meningkatkan penyerapan zat besi.
            Makan banyak makanan yang mengandung zat besi sangat penting bagi orang-orang yang memiliki kebutuhan besi yang tinggi, seperti anak-anak - besi yang diperlukan selama ledakan pertumbuhan - dan perempuan hamil dan menstruasi.

G.    PENANGGULANGAN ANEMIA
    Tindakan penting yang dilakukan untuk mencegah kekurangan besi antara lain :
1. Konseling untuk membantu memilih bahan makanan dengan kadar besi yang cukup secara rutin pada usia remaja.
2. Meningkatkan konsumsi besi dari sumber hewani seperti daging, ikan, unggas, makanan laut disertai minum sari buah yang mengandung vitamin C (asam askorbat) untuk meningkatkan absorbsi besi dan menghindari atau mengurangi minum kopi, teh, teh es, minuman ringan yang mengandung karbonat dan minum susu pada saat makan.
3. Suplementasi besi. Merupakan cara untuk menanggulangi ADB di daerah dengan prevalensi tinggi. Pemberian suplementasi besi pada remaja dosis 1 mg/KgBB/hari.
4. Untuk meningkatkan absorbsi besi, sebaiknya suplementasi besi tidak diberi bersama susu, kopi, teh, minuman ringan yang mengandung karbonat, multivitamin yang mengandung phosphate dan kalsium.
5. Skrining anemia. Pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit masih merupakan pilihan untuk skrining anemia defisiensi besi .
H.    PENGOBATAN ANEMIA

Pengobatan anemia tergantung pada penyebabnya:
  1. Anemia kekurangan zat besi. Bentuk anemia ini diobati dengan suplemen zat besi, yang mungkin Anda harus minum selama beberapa bulan atau lebih. Jika penyebab kekurangan zat besi kehilangan darah - selain dari haid - sumber perdarahan harus diketahui dan dihentikan. Hal ini mungkin melibatkan operasi.
  2. Anemia kekurangan vitamin. Anemia pernisiosa diobati dengan suntikan - yang seringkali suntikan seumur hidup - vitamin B-12. Anemia karena kekurangan asam folat diobati dengan suplemen asam folat.
  3. Anemia penyakit kronis. Tidak ada pengobatan khusus untuk anemia jenis ini. Suplemen zat besi dan vitamin umumnya tidak membantu jenis anemia ini . Namun, jika gejala menjadi parah, transfusi darah atau suntikan eritropoietin sintetis, hormon yang biasanya dihasilkan oleh ginjal, dapat membantu merangsang produksi sel darah merah dan mengurangi kelelahan.